TUGAS PEREKONOMIAN INDONESIA (SEKTOR PERTANIAN)
Nama
: Wuri Sri Rahayu
Kelas
: 1EB14
NPM : 27215207
SEKTOR PERTANIAN
A.
Pengertian Sektor Pertanian
Pertanian
adalah salah satu sektor dimana didalamnya terdapat penggunaan sumberdaya
hayati untuk memproduksi suatu bahan pangan,bahan baku industri dan sumber
energi. Bagian terbesar penduduk dunia adalah bermata pencaharian dalam bidang
– bidang pertanian dan pertanian juga mencakup berbagai bidang,tetapi pertanian
hanya menyumbang 4% dari PDB dunia.
Amerika
Serikat pada awal 1900-an 40 persen masyarakatnya bekerja di sektor pertanian,
namun pada 1940-an jumlahnya menurun hingga 2,5 persen dan saat ini tinggal dua
persen.
Begitupula di Perancis lanjut Pengamat Pasar Modal tersebut, angkatan kerja di sektor pertanian hanya dua persen.
Begitupula di Perancis lanjut Pengamat Pasar Modal tersebut, angkatan kerja di sektor pertanian hanya dua persen.
Sejarah Indonesia sejak
masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan
perkebunan, karena sektor – sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam
menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di
berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang
pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk
meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Seiring
dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai
permasalahan. Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam
meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian
di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai
untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat kebutuhan lahan
untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan masyarakat juga
bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis
semakin berkurang.
Selain berkurangya lahan
beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian per hektare juga relatif
stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini adalah karena pasokan air
yang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk dan embung serta saluran
irigasi yang ada perlu diperbaiki. Hutan-hutan tropis yang kita miliki juga
semakin berkurang, ditambah lagi dengan siklus cuaca El Nino-La Nina karena
pengaruh pemanasan global semakin mengurangi pasokan air yang dialirkan dari
pegunungan ke lahan pertanian.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian
mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Inti dari ilmu-ilmu
pertanian adalah biologi dan ekonomi. Karena pertanian selalu
terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu
tanah, meteorologi, permesinan pertanian, biokimia,
dan statistika, juga dipelajari dalam pertanian.
Semua usaha
pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar
pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit,
metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan
pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek
ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia
melakukan pertanian intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang
dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan
yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai
intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian
intensif, keduanya sering kali disamakan.
B.
Peranan
Sektor Pertanian
Menurut
Kuznets, Sektor pertanian di LDC’s mengkontribusikan terhadap
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional dalam 4
bentuk:
a.
Kontribusi
Produk : Penyediaan makanan untuk penduduk, penyediaan BB untuk industri manufaktur seperti industri: tekstil, barang dari kulit, makanan &
minuman.
b.
Kontribusi
Pasar : Pembentukan pasar domestik untuk barang industri dan konsumsi.
c.
Kontribusi
Faktor Produksi :
Penurunan peranan pertanian di pembangunan ekonomi, maka
terjadi transfer surplus modal & TK dari sector pertanian ke Sektor lain.
d.
Kontribusi Devisa : Pertanian sebagai sumber penting bagi surplus neraca
perdagangan (NPI) melalui ekpspor produk pertanian dan produk pertanian yang
menggantikan produk impor.
a. Kontribusi
Produk
Dalam system ekonomi terbuka, besar
kontribusi produk sector pertanian bisa lewat pasar dan lewat produksi dg
sector non pertanian.
·
Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan
pasar domestic didominasi oleh produk pertanian dari LN seperti buah, beras
& sayuran hingga daging.
·
Dari sisi keterkaitan produksi, Industri
kelapa sawit & rotan mengalami kesulitan bahan baku di dalam negeri, karena
BB dijual ke LN dengan harga yg lebih mahal.
b.
Kontribusi Pasar
Negara agraris merupakan sumber bagi
pertumbuhan pasar domestic untuk produk non pertanian seperti pengeluaran petani untuk produk industri (pupuk,
pestisida, dll) & produk konsumsi (pakaian,
mebel, dll)
Keberhasilan kontribusi pasar dari
sector pertanian ke sector non pertanian tergantung:
·
Pengaruh keterbukaan ekonomiè Membuat pasar sector non pertanian
tidak hanya disi dengan produk domestic, tapi juga impor sebagai pesaing,
sebagai konsumsi yang tinggi dari petani tidak menjamin pertumbuhan yang tinggi
sector non pertanian.
·
Jenis teknologi sector pertanianè Semakin moderen, maka semakin tinggi
demand produk industri non pertanian.
c. Kontribusi Faktor Produksi
F.P yang dapat
dialihkan dari sector pertanian ke sektor lain tanpa mengurangi volume produksi
pertanian : Tenaga kerja dan Modal
Di
Indonesia hubungan investasi pertanian dan non pertanian harus ditingkatkan
agar ketergantungan Indonesia pada
pinjaman LN menurun. Kondisi yang harus dipenuhi untuk merealisasi hal tersebut:
·
Harus ada surplus produk pertanian agar
dapat dijual ke luar sectornya. Market surplus ini harus tetap dijaga dan hal
ini juga tergantung kepada factor penawaran è
Teknologi, infrastruktur dan SDM dan faktor permintaan è nilai tukar produk pertanian dan non
pertanian baik di pasar domestic dan LN.
·
Petani
harus net saversè Pengeluaran konsumsi oleh petani < produksi.
·
Tabungan
petani > investasi sektor pertanian.
d. Kontribusi
Devisa.
Kontribusinya
melalui :
·
Secara langsung : Ekspor produk pertanian dan mengurangi impor.
·
Secara tidak langsung : Peningkatan
ekspor & pengurangan impor produk berbasis pertanian spt tekstil, makanan
& minuman, dll
Kontradiksi
kontribusi produk dan kontribusi deviasè
peningkatan ekspor produk pertanian menyebabkan
suplai dalam negari kurang dan disuplai dari produk impor. Peningkatan
ekspor produk pertanian berakibat negative terhadap pasokan pasar dalam negeri.
Untuk menghindari trade off ini 2 hal yg harus dilakukan:
·
Peningkatan kapasitas produksi.
·
Peningkatan daya saing produk produk
pertanian.
C.
Sektor
Pertanian di Indonesia
a.
Selama
periode 1995-1997 : PDB sektor pertanian (peternakan, kehutanan dan
perikanan) menurun dan sektor lain seperti menufaktur meningkat.
b.
Sebelum
krisis moneter, laju pertumbuhan output sektor pertanian < ouput sektor non
pertanian
c.
1999
semua sektor turun kecuali listrik, air dan gas.
Rendahnya
pertumbuhan output pertanian disebabkan:
·
Iklim : Kemarau jangka panjang berakibat
volume dan daya saing turun.
·
Lahan : Lahan garapan petani semakin
kecil.
·
Kualitas SDM : Rendah.
·
Penggunaan Teknologi : Rendah.
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber
energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Pertanian dalam pengertian
yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (
termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia ) untuk kepentingan manusia, sedangkan
dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan
sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu.
Struktur
perekonomian Indonesia merupakan topik strategis yang sampai sekarang masih
menjadi topik sentral dalam berbagai diskusi di ruang publik. Gagasan mengenai
langkah-langkah perekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, dengan
mempertimbangkan usaha mempersempit jurang ketimpangan sosial dan pemberdayaan
daerah, sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan kiranya perlu kita evaluasi
kembali sesuai dengan konteks kekinian dan tantangan perekonomian Indonesia di
era globalisasi. Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama
dengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia,
yaitu penduduk Indonesia sejahtera.
Berdasarkan
pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur
perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka
kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan
pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat. Kontribusi sektor
pertanian dalam perekonomian dapat dapat dikatakan sangat penting karena mampu
memberika kontribusi diberbagai lini diantaranya:
1.
Peranan dalam pembentukan GDP
2.
Peranan dalam penyerapan tenaga kerja
3.
Peranan dalam sektor perdaganga
4.
Peranan dalam
pembangunan ekonomi daerah
5.
Peranan dalam ketahanan pangan indonesia
6.
Peranan dalam pelestaria lingkungan hidup
Kepala badan pusat statistik kota tarakan Ir. Nur
Wahid mengatakan “dari 112,8 juta penduduk indonesia yang bekerja pada februari
2012, sektor pertanian mampu menyerap teanaga kerja sebanyak 36,52%. Masyarakat
agribisns dan agroindustri indonesia (MAI) menilai sektor peraian tanah air
saat in dalam kondisi menyedihkan karena lonjakan impor yang tinggi. Ketua MAI
Fadel Muhmmad mengatakan kebjakan impor komuditas pertanian yang dulu hanya
20-30% kini melonjak hingga 70%. Selain itu yang sangat disayangkan oleh ketua
MAI ini adalah tidak mampunya BUMN sektor pertanian shingga yang terjadi justru
banyaknya perusahaan asing yang mendominasidi dalam negeri. Sementara itu nilai
impor pangan dalam negeri begitu mencengangkan yaitu Rp. 81,5 triliun. Fadil
mengatakan ada 3 pondasi untuk mengembangkan sektor pertanian yaitu:
1.
Bangsa yang mandiri
2.
Mampu memproduksi pangan sendiri
3.
Pertumbuhan yang berkeadilan
Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian
sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan
restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen.
Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29
persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri
pengolahan 1,6 persen.
Data ini juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai
sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk
hidup. Sesuai dengan permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di
atas, maka kita mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan yaitu:
1.
Melakukan Revitalisasi berbagai sarana pendukung
sector pertanian, dan pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka
lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor
pertanian, seperti ketersediaan pupuk dan sumber daya yang memberikan
konsultasi bagi petani dalam meningkatkan produktivitasnya, perlu dioptimalkan
kinerjanya. Keberpihakan ini adalah insentif bagi petani untuk tetap
mempertahankan usahanya dalam pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan
semakin banyak tenaga kerja dan lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain
yang insentifnya lebih menarik
2.
Dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung
bagi sektor lain yang akan menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor
ini juga merupakan sektor yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor
perdagangan, hotel, dan restoran serta industri pengolahan. Sarana pendukung
seperti jalan, pelabuhan, listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi
pertumbuhan di sektor ini. Struktur perekonomian Indonesia sekarang adalah
refleksi dari arah perekonomian yang dilakukan di masa lalu. Era orde baru dan
era reformasi juga telah menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi
sektor penting yang membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat
Indonesia. Sektor pertanian juga menyediakan pangan bagi masyarakat Indonesia.
Saat ini kita mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan kebijakan yang dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia di masa depan. Namun, beberapa permasalahan yang dihadapi sektor pertanian di masa ini perlu segera dibenahi, sehingga kita dapat meneruskan hasil dari kebijakan perekonomian Indonesia yang sudah dibangun puluhan tahun lalu, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia sampai saat sekarang ini
Saat ini kita mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan kebijakan yang dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia di masa depan. Namun, beberapa permasalahan yang dihadapi sektor pertanian di masa ini perlu segera dibenahi, sehingga kita dapat meneruskan hasil dari kebijakan perekonomian Indonesia yang sudah dibangun puluhan tahun lalu, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia sampai saat sekarang ini
Hal yang sama juga di tuturkan oleh
kepala badan pusat statistik Suryamin saat workshop BPS di hotel Palace Bogor
(24/2011)” sektor pertanian menyumbang 14,7%
Produk Domestik Bruto (PDB) th lalu.Capaian kinerja ii sekaligus
menempatkan sektor pertanian di peringkat kedua setslah industri yang
memberikan konstribusi sebesar 24,3%. Sektor pertanian pun mampu menyerap
tenaga kerja sebesar 36,5 persen dri 112,8 jua penuduk bekerja.
D. Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai Tukar Petani merupakan salah
satu indicator yang biasa digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan petani
di pedesaan pada tahun tertentu di bandingkan dengan kondisi pada tahun dasar
(Setiani, et-al, 2007). Nilai tukar petani adalah salah satu indicator
produksi untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani, sebagai persentase dari
perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang
dibayar petani (Karmiati, 2006). Yang dimaksud dengan nilai tukar petani adalah
perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga
yang dibayar petani (Ib) dalam persentase. Nila tukar petani juga merupakan
suatu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan atau
kemampuan daya beli petani (BPS, 2006). Secara konsepsional nilai tukar petani
adalah pengukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang
dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah
tangga dan keperluan dalam memproduksi produk pertanian.
Petani adalah setiap orang yang
melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di
bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan,
perikanan termasuk penangkapan ikan, dan pemungutan hasil laut (Hernanto,1991).
Petani yang dimaksud disini adalah orang yang mengusahakan usaha pertanian
(tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan rakyat) atas resiko sendiri
dengan tujuan untuk dijual, baik sebagai petani pemilik maupun petani penggarap
(sewa/kontrak/bagi hasil) (BPS, 2006). Harga yang diterima petani adalah
rata-rata harga produsen dari hasil produksi petani sebelum ditambahkan biaya
transportasi atau pengangkutan dan biaya pengepakan ke dalam harga penjualannya
atau disebut Fram Gate (harga di sawah/ladang setelah pemetikan).
Pengertian harga rata-rata adalah harga yang bila dikalikan dengan volume
penjualan petani akan mencerminkan total uang yang diterima petani tersebut.
Harga yang
dibayar petani adalah rata-rata harga eceran barang atau jasa yang dikonsumsi
atau dibeli petani, baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri
maupun untuk keperluan biaya produksi pertanian. Pasar adalah tempat terjadinya
transaksi antara penjualan dan pembelian atau tempat yang biasanya terdapat
penawaran dan permintaan. Harga eceran pedesaan adalah harga transaksi antar
penjual dan pembeli secara eceran di pasar setempat untuk tiap jenis barang
yang dibeli dengan tujuan untuk dikonsumsi sendiri dan bukan untuk dijual
kepada pihak lain.
Nilai
tukar petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks
harga yang dibayar petani
yang dinyatakan dalam persentase. Nilai tukar petani merupakan salah satu
indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan petani. Pengumpulan data dan
perhitungan NTP di Indonesia
dilakukan oleh Biro Pusat Statistik.
Indeks
harga yang diterima petani (IT) adalah indeks harga yang menunjukkan
perkembangan harga produsen atas hasil produksi petani. Dari nilai IT, dapat
dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini
digunakan juga sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor
pertanian.
IT dihitung berdasarkan nilai jual
hasil pertanian yang dihasilkan oleh petani, mencakup sektor padi, palawija,
hasil peternakan,
perkebunan rakyat, sayuran,
buah, dan hasil
perikanan
(perikanan tangkap maupun budi daya).
Indeks
harga yang dibayar petani (IB) adalah indeks harga yang menunjukkan
perkembangan harga kebutuhan rumah tangga petani, baik kebutuhan untuk konsumsi
rumah tangga maupun kebutuhan untuk proses produksi pertanian. Dari IB, dapat
dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang
merupakan bagian terbesar dari masyarakat di pedesaan, serta fluktuasi harga
barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Perkembangan IB juga
dapat menggambarkan perkembangan inflasi di pedesaan.
IB dihitung berdasarkan indeks harga
yang harus dibayarkan oleh petani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan
penambahan barang modal dan biaya produksi, yang dibagi lagi menjadi sektor
makanan dan barang dan jasa non makanan.
Secara umum NTP menghasilkan 3 pengertian :
·
NTP > 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu
lebih baik dibandingkan dengan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami
surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya.
Pendapatan petani naik dan menjadi lebih besar dari pengeluarannya.
·
NTP = 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu sama
dengan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami impas.
Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan
harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya.
·
NTP < 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu
menurun dibandingkan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami
defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan
kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani turun dan lebih kecil dari
pengeluarannya.
Nilai tukar petani dapat bervariasi
di setiap daerah dan berfluktuasi seiring waktu. Nilai tukar petani dihitung
secara skala nasional maupun lokal. Nilai tukar petani secara nasional pada
periode Oktober 2013 mengalami peningkatan 0.71% dari 104,56 poin pada periode
September 2013 ke 105,30 poin namun secara lokal, misal di Jambi, didapatkan hasil
yang berbeda. Di Jambi pada periode yang sama nilai tukar petani naik sebesar
0,63 persen dibanding bulan sebelumnya yaitu dari 87,56 point menjadi 88,11
point pada Oktober 2013. Peningkatan nilai tukar petani di Bali juga dilaporkan
berbeda, yakni sebesar 0,16 persen dari 106,82 persen pada September 2013
menjadi 107 persen pada bulan Oktober 2013. Orientasi pembangunan saat ini yang
berfokus pada industri dan modal cenderung mengesampingkan pembangunan
pertanian pedesaan, sehingga indikator nilai tukar petani tidak masuk ke dalam
tujuan pembangunan.
E.
Investasi
di Sektor Pertanian
Investasi di sector pertanian tergantung
:
a. Laju pertumbuhan output
b. Tingkat
daya saing global komoditi pertanian
Investasi:
a. Langsungè Membeli mesin
b. Tdk Langsungè Penelitian & Pengembangan
Hasil penelitian:
a.
Supranto
(1998)è laju pertumbuhan sektor ini rendah, karena PMDN &
PMA serta kerdit yg mengalir kecil. Hal ini karena resiko lebih tinggi (gagal
panen) dan nilai tambah lebih kecil di sektor pertanian.
Tabel
5.17 Investasi di sektor pertanian & industri manufaktur (Rp milyar)
1993-96
Sektor
|
1993
|
1994
|
1995
|
1996
|
Pertanian
|
2.735
|
4.545
|
7.128
|
15.284
|
Manufaktur
|
24.032
|
31.922
|
43.342
|
59.218
|
b.
Simatupang
(1995)è kredit perbankan lebih byk megalir ke sektor non
pertanian & jasa dibanding ke sektor pertanian.
Tabel 5.18 Kredit Perbankan di sektor pertanian &
industri manufaktur (Rp milyar) 1993-96
Sektor
|
1993
|
1994
|
1995
|
1996
|
Pertanian
|
7.846
|
8.956
|
9.841
|
11.010
|
Manufaktur
|
11.346
|
13.004
|
15.324
|
15.102
|
Penurunan ini disebabkan ROI sector
pertanian +/- 15 %,shg tdk menarik.
F.
Keterkaitan
Pertanian dengan
Industri Manufaktur
Salah
satu penyebab krisis ekonomiè
kesalahan industrialisasi yg tidak berbasis pertanian. Hal ini terlihat bahwa
laju pertumbuhan sector pertanian (+) walaupu kecil, sedangkan industri
manufaktur (-). Jepang, Taiwan & Eropa dlm memajukan industri manufaktur diawali
dg revolusi sector pertanian.
Alasan
sector pertanian harus kuat dlm proses industrialisasi:
1. Sektor pertanian kuatè pangan terjaminè tdk ada laparèkondisi sospol stabil
2. Sudut Permintaanè Sektor pertanian kuatè pendapatan riil perkapita naikè permintaan oleh petani thd produk industri manufaktur
naik berarti industri manufaktur berkembang & output industri menjadi input
sektor pertanian
3. Sudut
Penawaranè
permintaan produk pertanian sbg bahan baku oleh industri manufaktur.
4. Kelebihan output siktor pertanian digunakan sbg sb
investasi sektor industri manufaktur spt industri kecil dipedesaan.
Kenyataan di Indonesia keterkaitan produksi sektor
pertanian dam industri manufaktur sangat lemah dan kedua sektor tersebut sangat
bergantung kepada barang impor.
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny