PEREKONOMIAN INDONESIA (INDUSTRIALISASI)
Nama
: Wuri Sri Rahayu
Kelas : 1EB14
NPM : 27215207
Industrialisasi
di Indonesia
Industrialisasi di Indonesia
semakin menurun semenjak krisis ekonomi tahun 1998. Kemunduran ini
bukanlah berarti Indonesia tidak memiliki modal untuk melakukan investasi
pada industri dalam negeri, tetapi lebih kepada penyerapan barang hasil
produksi industri dalam negeri. Membuka pasar dalam negeri adalah kunci penting
bagi industri Indonesia untuk bisa bangkit lagi karena saat ini pasar Indonesia
dikuasai oleh produk produk asing.
Faktor-faktor pembangkit
Industri Indonesia
- Struktur organisasi
Dilakukan inovasi dalam jaringan institusi pemerintah dan swasta
yang melakukan impor.
Sebagai pihak yang membawa,mengubah, mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi.
- Ideologi
Perlu sikap
dalam menentukan pilihan untuk mengembangkan suatu teknologi apakah menganut
tecno-nasionalism,techno-globalism, atau techno-hybrids.
negeri maupun luar negeri.
Faktor penghambat Industri
Indonesia:
Faktor-faktor yang menjadi penghambat industri di Indonesia
meliputi:
- Keterbatasan teknologi
Kurangnya perluasan dan penelitian dalam bidang teknologi menghambat
efektifitas dan kemampuan produksi.
- Kualitas sumber daya manusia
Terbatasnya tenaga profesional di Indonesia menjadi penghambat untuk mendapatkan
dan mengoperasikan alat alat dengan teknologi terbaru.
- Keterbatasan dana pemerintah
Terbatasnya dana pengembangan teknologi oleh pemerintah untuk mengembangkan
infrastruktur dalam bidang riset dan teknologi
Dampak Industrialisasi di Indonesia
Teknologi memungkinkan negara tropis seperti Indonesia
untuk memanfaatkan kekayaan hutan untuk meningkatkan devisa
negara dan pembangunan infrastruktur. Hilangnya hutan di Indonesia berarti
hilang juga tanaman - tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat dan juga fauna langka yang hidup di
ekosistem hutan tersebut.
Dibalik kesuksesan Indonesia dalam pembangunan
sebenarnya ada kemerosotan dalam cadangan sumber daya alam dan peningkatan
pencemaran lingkungan. Pada kota kota yang sedang berkembang seperti Gresik,
Medan, Jakarta,
Surabaya, Bandung, Lhoksumawe, bahkan hampir seluruh kota kota di pulau Jawa
sudah mengalami peningkatan suhu udara, Walaupun daerah tersebut tidak pesat
perkembangan industrinya.
Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam
bentuk menurut pola pengelompokannya. mengelompokkan pecemaran atas dasar[12]:
- Bahan pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan budaya.
- Pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran udara, air, tanah, makanan, dan sosial.
- Pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam bentuk primer dan sekunder.
A. Konsep dan Tujuan
Industrialisasi
Awal konsep
industrialisasiè Revolusi industri abad 18 di Inggris Penemuan metode baru dlm
pemintalan dan penemuan kapas yg menciptakan spesialisasi produksi dan
peningkatan produktivitas factor produksi.
Industrialisasi
adalah sistem produksi yang muncul dari pengembangan yang mantap penelitian dan
penggunaan pengetahuan ilmiah. Ia dilandasi oleh pembagian tenaga kerja dan
spesialisasi, menggunakan alat-alat bantu mekanik, kimiawi, mesin, dan
organisasi serta intelektual dalam produksi.
Industrialisasi
dalam arti sempit menggambarkan penggunaan secara luas sumber-sumber tenaga
non-hayati, dalam rangka produksi barang atau jasa. Meskipun definisi ini
terasa sangat membatasi industrialisasi tidak hanya terdapat pada pabrik atau
manufaktur, tapi juga bisa meliputi pertanian karena pertanian tidak bisa lepas
dari mekanisasi (pemakaian sumber tenaga non-hayati) demikian pula halnya
dengan transportasi dan komunikasi.
Industrialisasi
merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan
ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam
melimpah yang ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
Tujuan
pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang
ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri
maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu :
1.
Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri.
2.
Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar
dalam negeri.
3.
Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi
perekonomian.
4.
Mendukung
perkembangan sektor infrastruktur.
5.
Meningkatkan
kemampuan teknologi.
6.
Meningkatkan pendalaman struktur industri dan
diversifikasi produk.
7.
Meningkatkan penyebaran industri.
B. Faktor-faktor Pendorong Industrialisasi
a.
Kemampuan teknologi dan inovasi.
b.
Laju pertumbuhan pendapatan
nasional per kapita.
c.
Kondisi dan struktur awal ekonomi
dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti
baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan
mengalami proses industrialisasi lebih cepat.
d.
Besar pangsa pasar DN yang
ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200
juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi.
e.
Ciri industrialisasi yaitu cara
pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan
dan insentif yang diberikan.
f.
Keberadaan SDA. Negara dengan SDA
yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi.
g.
Kebijakan/strategi pemerintah
seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.
C. Perkembangan Sektor Industri
Manufaktur Nasional
Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama
perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di
sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara
nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas
produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan.
Sejak krisis ekonomi dunia yang terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi perekonomian nasional, perkembangan industri di Indonesia secara nasional belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Bahkan perkembangan industri nasional, khususnya industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot ketimbang grafik peningkatannya.
Sebuah hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga internasional terhadap prospek industri manufaktur di berbagai negara memperlihatkan hasil yang cukup memprihatinkan. Dari 60 negara yang menjadi obyek penelitian, posisi industri manufaktur Indonesia berada di posisi terbawah bersama beberapa negara Asia, seperti Vietnam. Riset yang meneliti aspek daya saing produk industri manufaktur Indonesia di pasar global, menempatkannya pada posisi yang sangat rendah.
Industri manufaktur masa depan adalah industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
Sejak krisis ekonomi dunia yang terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi perekonomian nasional, perkembangan industri di Indonesia secara nasional belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Bahkan perkembangan industri nasional, khususnya industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot ketimbang grafik peningkatannya.
Sebuah hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga internasional terhadap prospek industri manufaktur di berbagai negara memperlihatkan hasil yang cukup memprihatinkan. Dari 60 negara yang menjadi obyek penelitian, posisi industri manufaktur Indonesia berada di posisi terbawah bersama beberapa negara Asia, seperti Vietnam. Riset yang meneliti aspek daya saing produk industri manufaktur Indonesia di pasar global, menempatkannya pada posisi yang sangat rendah.
Industri manufaktur masa depan adalah industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
D. Permasalahan Industrialisasi
Industrialisasi di negara berkembang pada umumnya dilakukan sebagai upaya
mengganti barang impor, dengan mencoba membuat sendiri komoditi-komoditi yang
semula selalu diimpor. Mengalihkan permintaan impor dengan melakukan
pemberdayaan produksi dari dalam negeri.
Strategi yang pertama dilakukan adalah pemberlakuan hambatan tarif terhadap
impor produk-produk tertentu. Selanjutnya disusul dengan membangun industri
domestik untuk memproduksi barang-barang yang biasa di impor tersebut. Ini
biasanya dilaksanakan melalui kerja sama dengan perusahaan-perusahaan asing
yang terdorong untuk membangun industri di kawasan tertentu dan unit-unit
usahanya di negara yang bersangkutan, dengan dilindungi oleh dinding proteksi
berupa tarif. Selain itu, mereka juga diberi insentif-insentif seperti
keringanan pajak, serta berbagai fasilitas dan rangsangan investasi
lainnya.
Untuk industri kecil yang baru tumbuh terutama di negara yang sedang
berkembang. Industri yang baru dibangun belum memiliki kemampuan yang memadai
untuk berkompetisi secara frontal dengan industri mapan dari negara-negara yang
sudah maju. Industri negara maju sudah berada di jalur bisnisnya dalam waktu
yang sudah lama dan sudah mampu melakukan efisiensi dalam proses-proses
produksinya. Mereka mempunyai informasi dan pengetahuan yang cukup tentang
optimisasi proses produksi, situasi dan karateristik pasar, serta kondisi pasar
tenaga kerja sehingga mereka mampu menjual produk yang berharga murah di pasar
internasional tetapi masih tetap bisa menghasilkan keuntungan yang memadai.
Dibeberapa negara, para produsen domestik mereka tidak hanya mampu memenuhi
kebutuhan pasar domestik tanpa tarif, akan tetapi juga untuk ekspor ke pasar
internasional. Hal ini bisa mereka lakukan karena mereka telah mampu
menghasilkan produk tersebut dengan struktur biaya yang murah sehingga harga
yang ditawarkan sangat kompetitif dan mampu bersaing di pasar luar negeri, maka
banyak pemerintahan negara-negara dunia ketiga yang tertarik dan menerapkan
strategi industrialisasi substitusi impor tersebut.
Perekonomian nasional memiliki berbagai permasalahan dalam kaitannya dengan
sektor industri dan perdagangan:
1.
Industri nasional selama ini lebih
menekankan pada industri berskala luas dan industri teknologi tinggi. Adanya
strategi ini mengakibatkan berkembangnya industri yang berbasis impor.
Industri-industri tersebut sering terpukul oleh depresiasi mata uang rupiah
yang tajam.
2.
Penyebaran industri belum merata karena
masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Industri yang hanya terkonsentrasi pada
satu kawasan ini tentulah tidak sejalan dengan kondisi geografis Indonesia yang
menyebut dirinya sebagai negara kepulauan.
3.
Lemahnya kegiatan ekspor Indonesia yang
tergantung pada kandungan impor bahan baku yang tinggi, juga masih tingginya
tingkat suku bunga pinjaman bank di Indonesia, apalgi belum sepenuhnya
Indonesia diterima di pasar internasional.
4.
Komposisi komoditi ekspor Indonesia pada
umumnya bukan merupakan komoditi yang berdaya saing, melainkan karena berkaitan
dengan tersedianya sumber daya alam - seperti hasil perikanan, kopi, karet, dan
kayu. tersedianya tenaga kerja yang murah – seperti pada industri tekstil, alas
kaki, dan barang elektronik.
5.
Komoditi primer yang merupakan andalan
ekspor Indonesia pada umumnya dalam bentuk bahan mentah sehingga nilai tambah
yang diperoleh sangat kecil. Misalnya Indonesia mengekspor kayu dalam bentuk
gelondongan, yang kemudian diimpor lagi dalam bentuk mebel karena terbatasnya
penguasaan desain dan teknologi.
6.
Masih relatif rendahnya kualitas sumber
daya manusia. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan formal dan pola
pelaksanaan pelatihan yang cebderung masih bersifat umum dan kurang
berorientasi pada perkembangan kebutuhan dunia usaha. Selain itu, rendahnya
kualitas sumber daya manusia akibat dari pola penyerapan tenaga kerja di masa
lalu yang masih mementingkan pada jumlah tenaga manusia yang terserap.
ketimbang kualitas tenaga manusianya.
Beberapa ahli menilai penyebab utama dari kegagalan Indonesia dalam
berindustri adalah karena industri Indonesia sangat tergantung pada impor
sumber-sumber teknologi dari negara lain, terutama negara-negara yang telah
maju dalam berteknologi dan berindustri. Ketergantungan yang tinggi terhadap
impor teknologi ini merupakan salah satu faktor tersembunyi yang menjadi
penyebab kegagalan dari berbagai sistem industri dan sistem ekonomi di
Indonesia.
Sistem industri Indonesia tidak memiliki kemampuan pertanggungjawaban dan
penyesuaian yang mandiri. Karenanya sangat lemah dalam mengantisipasi perubahan
dan tak mampu melakukan tindakan-tindakan pencegahan untuk menghadapi
terjadinya perubahan tersebut. Tuntutan perubahan pasar dan persaingan antar
industri secara global tidak hanya mencakup perubahan di dalam corak, sifat,
kualitas, dan harga dari komoditas yang diperdagangkan, tetapi juga tuntutan
lain yang muncul karena berkembangnya idealisme masyarakat dunia terhadap hak
azasi manusia, pelestarian lingkungan, liberalisasi perdagangan, dan
sebagainya.
Gerak ekonomi Indonesia sangat tergantung pada arus modal asing yang masuk
atau keluar Indonesia serta besarnya cadangan devisa yang terhimpun melalui
perdagangan dan hutang luar negeri.
Kebijakan yang telah secara berkelanjutan ditempuh tersebut, teramati tidak
mampu membawa ekonomi Indonesia menjadi makin mandiri, bahkan menjadi
tergantung pada:
- Ketergantungan kepada pendapatan ekspor,
- Ketergantungan pada pinjaman luar negeri,
- Ketergantungan kepada adanya investasi asing,
- Ketergantungan akan impor teknologi dari negara-negara industri.
E. Strategi Pembangunan Sektor Industri
Startegi
Pelaksanaan Industrialisasi :
Strategi
substitusi impor (Inward Looking)
Bertujuan mengembangkan industri
berorientasi domestic yang dapat menggantikan produk impor. Negara yang
menggunakan strategi ini adalah Korea & Taiwan.
Pertimbangan
menggunakan strategi ini :
·
Sumber daya alam & Faktor produksi cukup tersedia
·
Potensi permintaan dalam negeri memadai
·
Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur
dalam negeri
·
Kesempatan kerja menjadi luas
·
Pengurangan ketergantungan impor, shg defisit
berkurang’
Strategi
promosi ekspor (outward Looking)
Beorientasi
ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri dalam negeri yang
memiliki keunggulan bersaing.
Rekomendasi
agar strategi ini dapat berhasil :
·
Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang
merefleksikan kelangkaan barang yang bisa baik pasar input maupun output.
·
Tingkat proteksi impor harus rendah.
·
Nilai tukar harus realistis.
·
Ada insentif untuk peningkatan ekspor.
Unsur-Unsur
Industrialisasi
1. Masyarakat
yang melakukan proses produksi dengan menggunakan mesin
2. Berskala
besar
3. Pembagian
kerja teknis yang relatif kompleks
4. Menggunakan
tenaga kerja yang keterampilannya bermacam-macam
Industrialisasi pada suatu masyarakat berarti pergantian teknik produksi dari cara yang masih tradisional ke cara modern, yang terkandung dalam revolusi industri. Dalam hal ini terjadi proses transformasi, yaitu suatu perubahan masyarakat dalam segala segi kehidupannya (Dharmawan).
REFERENSI
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny